Definisi
Salah Nalar
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai
pada suatu simpulan, juga bisa merupakan Gagasan, pikiran, kepercayaan,
atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses
berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada
cara penarikan kesimpulan. Dalam proses berpikir sering sekali kita keliru
menafsirkan atau menarik kesimpulan, kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor
emosional, kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, kecerobohan, atau
ketidaktahuan.
Salah nalar ada dua macam:
1. Salah nalar induktif, berupa :
- kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas.
- kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat.
- kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
- kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi.
- kesalahan karena adanya term keempat.
- kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak
dibatasi.
- kesalahan karena adanya 2 premis negatif. Fakta
atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada pula kesalahan yang
terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk
tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan yang
berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini
akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan
karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses
penalarannya yang merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang
salah, keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar.
A. Macam-macam Salah Nalar
Komunikasi yang baik
adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi
perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia secara cermat
sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Ada beberapa macam salah nalar,
yaitu sebagai berikut :
1. Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini
disebabkan oleh jumlah premis yang
mendukung generalisasi tidak seimbang
dengan besarnya generalisasi tersebut
sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis
ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap
“menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan dan menguji data secara memadai,
atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar
penarikan simpulan di dalam logika. Sementara itu yang dimaksud dengan
generalisasi adalah perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana dari pada
yang sebenarnya. Contoh Generalisasi yang terlalu luas sebagai berikut:
aSetiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi
manusia Pancasilais sejati.
b) Anak-anak tidak boleh memegang barang
porselen karena barang itu cepat pecah.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. Dua
bentuk kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi
dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang
sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi
ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang
belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering
ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu kelompok, keluarga,
ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan
satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi. Benarkah
pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2. Kerancuan Analogi
Salah nalar ini dapat
terjadi bila orang menganalogikan
sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan
memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. Analogi adalah persamaan
atau persesuaian antara dua benda atau hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan
analogi adalah sebagai berikut:
- Anto walaupun
lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
- Pada hari senin
Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa Patriana kuliah
juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah pasti
mengendarai sepeda motor.
- Rektor harus
memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.
3. Kekeliruan kausalitas (sebab-akibat)
Kekeliruan kausalitas
terjadi karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab dari suatu peristiwa
atau hasil (akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh dari kekeliruan
kausalitas (sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
- Saya tidak bisa
berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
- Saya tidak dapat
mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan.
4. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan
terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan kesimpulan.
Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau
tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen
bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin
dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum
dikenal, berikut penjelasannya:
- Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha
agar orang lain menerima atau menolak suatu usulan, tidak berdasarkan
alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan
kepentingan si pembuat usul.
- Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang
mengemukakannya adalah orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi
bukan terjadi karena penalaran logis.
- Argumentum
ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang menolak atau
menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena
ancaman atau terror (bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).
- Argumentum
ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk
massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan
prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya
akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti
demonstrasi dan propaganda.
- Argumentum
ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena adanya
rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk menimbulkan
belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya berhubungan
dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
- Post hoc propter hoc: terjadi karena orang
menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal bukan. Pada suatu urutan
peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi lebih dahulu adalah penyebab
peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
- Petitio principii: berarti mengajukan
pertanyaan dengan mengamsusikan kebenaran dari apa yang berusaha untuk
dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan
berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
- Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan):
kesalahan
terjadi ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar
bahwa belum terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum
terbukti benar
- Ignorantia
elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan
konklusi.
5. Penyandaran Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar disini
terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena
orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya. Agar
tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi
rambu-rambu sebagai berikut:
a.
Orang
itu diakui keahliannya oleh orang lain.
b.
Pernyataan
yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang
dibahas.
c.
Hasil
pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak
boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang,
terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
B. Mengapa Salah Nalar Sering Terjadi
Salah nalar sering
terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud. Contoh penyebab yang salah nalar adalah sebagai
berikut:
a.
Hendra
mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam
leluhurnya.
b.
Anak
wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
C. Faktor Penyebab Terjadinya Salah Nalar
Terjadinya salah nalar,
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Analogi
yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi
bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan
salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat
mengerjakan tugasnya dengan baik.
2.
Argumentasi
Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan
oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di
desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak
D. Cara Mengatasi dan
Menghindari Salah Nalar
Ada beberapa cara untuk
mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
- Memilih kata dengan
baik;
- Harus
mengetahui teori dasar dalam berpikir;
- Sering membaca buku
agar memiliki wawasan yang luas;
- Memikirkan
perkataan atau kalimat sebelum diucapkan;
- Menguasai bahasa
Indonesia dengan baik dan benar;
- Jangan menyimpulkan
premis dengan cepat;
- Dapat berkomunikasi
dengan baik;
- Tidak cepat
menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih dahulu
kebenarannya; dan lain-lain.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar